Chapter 6
(Gauntlett, David. Media, Gender and
Identity: An Introduction
Second
Edition.
2008. London & New York: Routledge)
Ide tentang diri, identitas, dan seksualitas serta bentuk
kehidupan yang diungkapkan Foucault dapat membantu mengembangkan pemahaman kita
tentang identitas dan media dalam masyarakat modern. Dalam pemikiran awalnya,
Foucault berkonsentrasi dengan cara di mana institusi wacana berikut institusi
formalnya yang dikenal dengan sebutan “para ahli” bekerja untuk menghalangi
beberapa kelompok tertentu- membatasi kesempatan mereka dengan mempromosikan
pandangan tertentu tentang mereka. Contohnya adalah sebagaimana yang tertulis
dalam buku Foucault, madness and civilization. Dalam buku ini, ia menunjukkan
bagaimana wacana psikiater, mulai dari abad ke 17 hingga awal abad ke 19,
menyajikan penjelasan dan meyakinkan orang-orang yang disebut sebagai orang
gila.
Dalam pemikiran selanjutnya, Foucault berpindah dari cara
pandang di mana paksaan eksternal dan wacana dapat menghalangi seseorang,
menjadi berfokus kepada bagaimana wacana dapat membawa orang untuk menghakimi
dirinya sendiri. Pada titik perputaran dalam pendekatan ini, ia menulis buku
dengan judul kedisiplinan dan hukuman yang dapat menjadi penjelasan tentang
bagaimana tawanan dan kriminal didefinisikan oleh para ahli dan institusinya,
tetapi juga tentang bagaimana gambaran bagaimana kedisiplinan dan penjelasan
tentang tahanan mempengaruhi perilaku mereka sendiri. Kemudian, the
history of sexuality
yang berkonsentrasi dengan pandangan di mana konstruksi sosial tentang
seksualitas itu terinternalisasi oleh orang-orang, membawa mereka untuk melihat
seksualitas sebagai sesuatu yang memalukan (kebenaran) tentang diri mereka,
sebagai inti dari identitas. Seksualitas kemudian tidak perlu diatur secara
aktif oleh negara, karena orang-orang akan sangat berhati-hati untuk menjadi
perilaku mereka sendiri
Foucault menekankan perubahan, kemudian, dari dunia yang
terkonstruksi dari without- wacana eksternal yang menganggu orang-orang- menjadi
dunia yang dikonstruksi melalui within- adaptasi dinamis yang dimiliki
individu terhadap dunia di sekitarnya.
Foucault Berbicara Tentang Kekuasaan
Pemikiran Foucault tentang kekuasan membantu kita untuk
mengingatkan diri kita tentang apa yang telah terjadi sebelumnya. Sebelum
melaju kepada penjelasan Foucault, kekuasaan secara luas dilihat sebagai “sesuatu”
yang diadakan oleh kelompok dominan tertentu. Kekuasaan dalam penjelasan
Foucault bukanlah sebuah asset yang dapat dimiliki oleh seseorang, melainkan,
kekuasaan adalah sesuatu yang terjadi atau digunakan dalam interaksi. Kekuasaan
berjalan melalui hubungan atau jaringan hubungan. Kamu tidak dapat mengatakan
bahwa seseorang sangat berkuasa, tetapi kamu dapat mengatakan bahwa mereka
sering menemukan diri mereka dalam posisi yang berkuasa, atau memiliki banyak
kesempatan untuk menjalankan kekuasaan.
Ini bukan berarti bahwa setiap orang memiliki akses yang sama
terhadap kekuasan. Foucault kembali berbicara tentang pemaksaan hubungan
sebagai latar belakang sosial dari ketidaksetaraan yang melawan tempat
terjadinya interaksi kekuasaan. Singkatnya tidak ada kekuasaan yang dapat
dijalankan oleh satu kelompok saja, kekuasaan di mana-mana dan memainkan
peranan di semua bentuk hubungan dan interaksi. Kekuasaan tidak berada di luar
dari hubungan sosial, sesungguhnya kekuasaan ini berada dalam hubungan di mana
kekuasaan datang masuk ke dalamnya.
Sebagai contoh adalah sangat jelas untuk mengatakan bahwa
boss tempat kita bekerja memiliki kekuasaan yang lebih banyak dibanding diri
kita (boss dapat menggunakan kekuasaan berdasarakan peraturan institusi
kekuasaan). Sehingga kekuasaan tersebut, dan kasus simple ini menunjukkan bahwa
pandangan tradisional tentang kekuasaan itu sangat kuat. Namun, -melanjutkan
contoh kasus tersebut- boss kamu bisa saja pulang ke rumah dan disakiti oleh
pasangannya yang akan mendominasi rumahnya dan membuat boss mu merasa sedih dan
tidak berguna. Dan secara tiba-tiba boss mu menjadi orang yang tidak lagi
“berkuasa”. Sehingga ide tentang kekuasaan bukanlah substansi sesungguhnya yang
dijalankan oleh kelompok dominan. Tetapi kekuasaan ini merupakan ketidakpuasan
jika kita menyukai untuk dapat melawan dominasi dan mendukung minoritas, di
mana model kekuasaan yang lama membuat kita dapat mengatai kelompok yang
berkuasa, sementara Foucault lebih mendukung pendekatan yang lebih praktis dan
menawan untuk memahami bagaimana kekuasaan itu digunakan.
Kekuasaan dan Perlawanan
Foucault menambahkan bahwa dimanapun kekuasaan digunakan,
perlawanan juga dihasilkan. Ini merupakan bagian esensi dari pendekatan
Foucault tentang kekuasaan. Poin dari perlawanan adalah dimanapun di dalam
jaringan kekuasaan dan perlawanan tidak secara mudah terjadi dalam satu titik
tertentu, tetapi di semua tempat. Ini menunjukkan pemikiran Foucault bahwa
kekuasaan itu adalah sesuatu yang produktif. Sementara pandangan tradisional memandang
kekuasaan sebagai sesuatu pemaksaan yang negatif. Dalam pandangan Foucault
penggunaan kekuasaan dapat memberikan konsekuensi negatif dan positif, tetapi
yang lebih penting adalah produktif membawa benda menjadi sesuatu hal- apakah
sebagai hasil dari tindakan asli, atau pengaruh perlawanan terhadap kekuasaan
atau pun keduanya.
Penggunaan kekuasaan di satu sisi- penamaan penyimpangan
seksualiti oleh - menghasilkan perlawanan yang dapat membangkitkan pergerakan
kebebasan gay pada abad ke 20. Wacana tentang seks sebaiknya tidak dilihat
hanya sebagai bentuk dominasi. Saran Foucault karena pada faktanya dengan
membuat
Seks dan Identitas
Dalam bukunya, the history of sexuality, Foucault
menghilangkan pandangan umun bahwa seks merupakan ekspresi kebebasan, bagian
hidup yang tidak bermasalah melalui sejarah hingga ini mendapatkan tekanan dan
disembunyikan dari pandangan public selama ribuan tahun. Foucault berpendapat
bahwa seks telah menjadi perhatian tertentu oleh umat kristiani dalam abad
ke-17. Ketika hal ini mengatur seluruh hasrat yang ditransformasikan menjadi
wacana, dalam bentuk perjanjian umat kristiani. Hasrat secara tiba-tiba menjadi
satu hal yang sangat penting. Ide seks sebagai kebenaran di dalam tentang diri
menyebar melalui budaya barat, menjadi penguatan.
Seks menjadi isu sosial dan politik dan didorong masuk ke
dalam pemberitaan oleh partai-partai yang berkepentingan. Sejak permulaan abad
20, ide tentang seks sebagai pusat dari identitas dikuatkan oleh pemikiran
aliran freud dan wacana psikoanalisis di mana kebutuhan seksual dan
konflik-konflik di dalamnya pemaksaan yang dipicu oleh perkembangan masa
kanak-kanak dan merupakan akar dari hampir seluruh masalah. Sangat yakin untuk
mengatakan jika saat ini seks merupakan kunci dari identitas. Wacana dari
berbagai jenis media membuat pengetahuan satu identitas seksual sangat penting
sebagai kebahagiaan di dalam diri. Media secara jelas menyarankan jika ingin
merasa terpenuhi dan bahagia, kamu harus: memahami seksualitas pribadimu,
melakukan banyak kegiatan seks, mencari bantuan untuk masalah seksual serta
memiliki teman seksual yang memuaskan.
Etika Dalam Pandangan Foucault
Dalam bukunya yang berjudul The History of Sexuality,
Foucault berbicara tentang etika dan ini menjadi sangat penting untuk memahami
bahwa istilah ini bukan sekedar kode moral pada umumnya. Melainkan, kode etik
ini merujuk kepada hubungan antara diri dengan diri itu sendiri. Dalam arti
lain, etika adalah perhatian dan kepedulian seseorang terhadap diri mereka
sendiri. Etika juga berarti standar yang dimiliki seseorang untuk bagaimana
mereka ingin diperlakukan, bagaimana seseorang memperlakukan dirinya sendiri.
Etika merupakan seperangkat aturan bagi seperangkat perilaku yang dimiliki oleh
seseorang. Aturan ini meskipun bersifat pribadi dan subjektif, merupakan hal
yang sangat penting.
Teknologi Diri
Istilah lainnya dalam pemikiran Foucault adalah teknologi
diri. Jika etika merupakan istilah perhatian seseorang terhadap dirinya atau
seperangkat ide internal sementara teknologi diri adalah apa yang sesungguhnya
terjadi tentang itu atau cara dimana etika individu termanifestasi baik dalam
pikiran maupun tindakan. Definisi lainnya tentang teknologi diri adalah cara di
mana seseorang itu membuat kebijakan dan menempatkan dirinya dalam masyarakat
serta cara di mana tersedia wacana yang mendorong beragam praktik diri.
Dalam menjelaskan teknologi diri ini terdapat beberapa
penjelasan pakar, di antaranya adalah Simon Kweeday yang mengatakan bahwa kita
berupaya untuk menampilkan kepribadian kita dalam penampilan yang terbaik,
meski dalam faktanya kepribadian kita tidak pasti (berubah-ubah). Masyarakat
dan kekuasaanya membatasi dan mengatur sebagaiman batasan lainnya dan menjadi
faktor yang menggantikan seluruh bagian tersebut menjadi teknologi diri kita.
Pendek kata, teknologi diri merupakan praktek internal maupun eksternal dari
etika internal yang dimiliki seseorang.
Dalam tulisannya, Foucault menggambarkan pendekatan Yunani
Kuno dan Kristiani dalam melihat etika, kepuasan, dan teknologi diri. Ia
mengatakan apa yang menarik bagi Foucault dalam etika yunani adalah orang-orang
tersebut lebih banyak berkonsentrasi dengan panduan moral, etika, hubungan
mereka dengan yang lainnya, dibandingkan dengan urusan keagamaan itu sendiri.
Mereka berkonsentrasi pada pengukuhan semacam etika yang didalamnya terdapat
etika eksistensi yang hanya memiliki sedikit kaitan dengan nilai keagamaan.
Sementara penelitian Foucault tentang agama kristiani menunjukkan hal yang
berbeda tentang konsep teknologi diri di mana seksualitas dikonseptualisasikan
ulang sebagai sesuatu yang sangat dekat dengan hal yang ada di dalam diri,
jiwa, dan sebagai objek dari regulasi. Hasrat harus dapat diawasi dan dipahami.
Yunani kuno menawarkan etika yang atraktif dan kemungkinan
alternatif, namun Foucault bertahan bahwa tak ada satupun yang dapat menemukan
solusi terhadap permasalahan kontemporer dengan mengopi solusi dari budaya atau
waktu yang lain. Di sini, perilaku manusia dilihat sebagai teknologi diri- cara
pandang terhadap arti menjadi seseorang. Alasan untuk mencari beberapa
perspektif sejarah dan budaya bagi diri menunjukkan bahwa taka da cara tertentu
dalam mengonseptualisasi seseorang dengan sebenar-benarnya. Apa yang ingin
ditunjukkan Foucault tidak hanya terkait dengan seksualitas tetapi dengan
banyak aspek lainnya dalam kehidupan ini. Cara pandang kita dalam memahami diri
kita tidak harus menampilkan kebenaran, tetapi lebih merupakan strategi untuk
membuat rasa dari kehidupan modern.
Seni Kehidupan
Foucault memandang pandangan hidup Yunani kuno sebagai cara
kerja seni dan ini sangat berarti baginya. Jelasnya, etika yunani berpusat pada
permasalahan pilihan seseorang, sebagai bagian dari estetika eksistensi. Ide
tentang satu tubuh satu kehidupan sebagai materi bagi bagian seni estetika
adalah sesuatu yang sangat mengagumkan bagi Foucault. Ide ini juga mengatakan
bahwa etika dapat menjadi struktur eksistensi yang sangat kuat tanpa adanya
berbagai hubungan dengan hukum eksternal atau struktur kedisiplinan. Karena
diri bukanlah pemberian melainkan harus tercipta secara aktif, sehingga hidup
itu sendiri harus dikembangkan dan dijalankan sebagai cara kerja seni. Hidup
sebagai cara kerja seni tidak menitikberatkan pada penampilan fisik melainkan
tentang cara hidup yang baik. Ini berbicra tentang perilaku. Ketertarikan
Foucault dalam hal ini berada adalah menampakkan beberapa bentuk kebebasan dan
pilihan tertentu sebagai sesuatu yang mungkin terjadi.
Gaya hidup Gay. Di awal tahun 1980an, Foucault lebih terbuka
tentang dirinya sebagai gay. Dalam wawancara yang dilakukan pada masa itu,
dapat ditemukan Foucault berbicara tentang bagaimana hubungan gay dapat
dinegosiasikan dan diciptakan. Di sini, Foucault berkonsentrasi dengan
menemukan “model kehidupan” dimana hubungan seperti itu dapat dilakukan, dan
hal ini sangat dekat dengan ketertarikan Giddens tentang “gaya hidup”. Menjadi
gay adalah sesuatu hal yang menarik bagi Foucault karena menampilkan kebebasan,
tantangan, serta mengembangkan gaya hidup yang berarti.
Kesimpulan
Foucault
menunjukkan cara tertentu dalam berbicara tentang sesuatu (wacana) yang
membentuk cara di mana kita menerima dunia dan diri kita. Saat ini, media
populer merupakan saluran utama dalam menyebarkan wacana yang telah ada.
Kemampuan untuk mempengaruhi wacana tertentu merupakan bentuk kekuasan yang
dapat dijalankan (meskipun kekuasan bukan dijalankan oleh kelompok tertentu,
melainkan sesuatu yang mengalir melalui proses social dan interaksi).
Penggunaan kekuasaan selalu menghasilkan resistensi, dan dalam hal ini kekuasaan
bersifat produktif karena hal itu menyebabkan sesuatu terjadi. Wacana tentang
seksualitas dan identitas merupakan satu wacana yang sangat kuat, yang secara
antusias disebarkan melalui media dan dikonsumsi oleh penonton. Seksualitas
dipandang sebagai kunci kebahagiaan dan memahami diri kamu sebenar-benarnya.
Dalam kehidupan modern, Foucault menyarankan, kita harus membangun etika dan
model kehidupan-dan dia menekankan bahwa kemungkinan itu tak akan pernah
berakhir tetapi tidak selalu dapat kita lihat.
(tulisan diatas diterjemahkan oleh :
Rabi’ah Al Adawiyah-Universitas Indonesia)
Sumber :
Gauntlett, David. Media, Gender and
Identity: An Introduction
Second
Edition.
2008. London & New York: Routledge
Homo & biseksual indonesia !
ReplyDeleteMungkin harapan semua gay ingin punya pasangan yg manly / jantan. Tidak tampak sekali seperti wanita / kemayu. Karena sisi feminim tersebut, sangat mendekati dg karakter waria ataupun banci.
Pada kenyataannya, mendekati gay dg pribadi cendrung girly, akan lebih berbahaya, yg mana mereka selalu menggunakan hati dlm setiap hal. Rasa posesif & protektif mereka yg tinggi. Lalu rasa sensitif mereka yg sulit dibendung,Akan mengundang permasalahan kecil, menjadi besar. Maka separuh kaum sangat menghindari kaum kemayu atas katakteristik dari kemayu yg kebanyakan terlalu offer... Hingga berpotensi akan merusak privacy si gay manly yg mungkin sdg dekat dg nya.
Kaum kemayu selalu memupuk naluri kewanitaan nya sangat dalam. Bila terjadi konflik? Atau perpisahan mereka kadang kurang menerima kenyataan. Malah tidak segan tuk bertindak hal2 nekad.
Mereka tidak salah dlm memperjuangkan cinta mereka, namun terlalu banyak hal negatif yg akan timbul setelah apa yg mereka lakukan tsb tanpa berpikir panjang.
Opini ini bukan tuk mendiskriminasi tentang suatu gender! Tapi inilah realita yg banyak terjadi belakangan...
Tidak ada salah mereka mulai menata hati mereka tuk lebih belajar menatap kenyataan. Terima fakta yg ada. Serta introspeksi diri tuk menyikapi secara dewasa.
Cinta ataupun rasa suka, itu tidak bisa dipaksakan! Chemistry tidak bisa disalahkan!
Hak masing2 dalam memilih!
#
Tapi menurut saya, sejelek2nya pria gay, kalo dia manly, tetap seksy.
Tapi seganteng apapun gay, kalo dia ngondek, ttp aja akan cepat membosankan bila dijadikan BF!!!
Salam kenal : 085664600785
jual viagra
ReplyDeleteviagra asli
obat kuat viagra
viagra jakarta
obat kuat jakarta
pil biru
toko viagra
viagra usa
viagra original
obat viagra
obat kuat viagra
viagra asli
toko viagra
viagra
viagra asli
jual viagra
jual obat kuat viagra asli