Sunday, July 12, 2015

Happy New Year, July !

Wishlist. Saya bukan tipe manusia yang hobi mem-breakdown keinginan jadi daftar panjang yang harus diraih per tahun. Seperti membiarkan setiap hari di sebuah tahun menjadi tuan rumahnya sendiri. Dan saya adalah tamu pada tiap-tiap hari tersebut.

2014,
Berulang saya bilang, ini adalah tahun cepat. Hari-per-hari berlalu cepat. Dan hanya itu. Pergantian 2013 ke 2014 dulu, dilalui di kasir ala belanja gila jelang tengah malam. Keluar Mall, menuju parkiran, tetau sudah 2014. Sederhana.

Tiga pagi setelah awal tahun, saya bertambah usia. Menjadi 25 di 2014. Yang saya ingat, kado yang banyak. Apalagi ya? hmm.. banjir besar awal tahun, tumpukan koreksian UAS anak-anak, awal semester baru ...

... Dijumpai orang-orang baru, dikelilingi orang-orang lama, dihadapkan pada orang lama yang malah menjadi cerita-cerita baru. Seru. Ada Pertemuan, perpisahan, pengakuan, nggak jadi pisah, pertemuan lagi, perpisahan, pertemuan lagi, gitu weh idup saya.  Simpel nya sih itu pelajaran hidup.

Ngejalanin 2014 itu semacem lari maraton tapi nggak ngos-ngos-an. Pertanyaannya bakal balik ke diri sendiri ...
Berasa cepet karena :
A.  mengejar sesuatu sampe nggak berasa ngejar, atau
B.  lari meninggal kan sesuatu supaya nggak berasa sakit
ha-ha-ha lo kate LKS Penjaskes ada pilihan ganda gitu.

Harus banget nggak semua yang ada di 2014 diinget ? mendadak kutipan fiksi dibawah berasa menjawab serta merta mengamini

Aku mempertimbangkan bahwa otak manusia pada awalnya adalah seperti loteng kecil yang kosong, dan Anda mengisinya dengan berbagai furnitur yang Anda pilih. Orang bodoh memasukkan semua jenis kayu yang ia temukan kedalam loteng, sehingga pengetahuan yang mungkin berguna baginya menjadi kacau. Sementara, seorang pekerja terampil akan sangat berhati-hati mengenai apa yang harus ia masukkan ke dalam loteng otaknya. Ia hanya memasukkan alat-alat serta furnitur yang dirasa membantunya dalam mengerjakan pekerjaannya dengan urutan yang pas. Ingat, loteng tersebut tidak memiliki dinding elastis yang bisa menggelembung. Ketika datang perabot yang baru, mau tidak mau, Anda harus mengeluarkan perabot yang tidak penting. (Sherlock Holmes – A Study in Scarlet)

Terdengar picky, yah ? alaah itu kan cuma cuplikan obrolan Holmes dengan karib-nya dr. Watson di novel. Rada nanceup sih, meski fiktif. Toh, masing-masing manusia punya hak sebebas-bebasnya untuk “memasuk-kan” atau “mengeluar-kan” “perabot” ke dalam memori nya. 

Bicara memori, ada satu hal sih yang saya bold pake stabilo pink di tahun 2014 kemarin :
dua hal yang nggak akan pernah bisa dipaksain. Yang pertama, selera. Dan yang kedua, perasaan. Ehm, ade ape sama perasaan ? *ehh

Bicara 2015, saya menjumpai Januari tertanggal 3 di Jogja. Mini trip sederhana, sesederhana saya memaknai pergantian umur ke-26. Semakin dewasa, setelah ber-kontemplasi, semacem ada yang berubah dalam diri saya: semakin nggak ngoyo dan nggak muluk-muluk. Alhamdullilah, ada hal positif yang nambah di usia yang bertambah. Saya juga semakin belajar untuk sangat-mudah-memaafkan, dan mudah-berkata-maaf bahkan untuk perkara yang bagi orang lain sepele.

Sekarang sudah Juli. Sudah lebih dari setengah perjalanan di tahun 2015. Persamaannya dengan tahun lalu : sama-sama-nggak-kerasa. Dan saat ini, saya hanya ingin menjadi tuan rumah di rumah sendiri, di hari-hari 2015 ini. 

No comments:

Post a Comment

budayakan komentar yang berbudaya