Tuesday, July 21, 2015

Homemade Breakfast After Fasting


Seperti sejatinya hari raya yang fitri, seluruhnya serba dinantikan.
Hari ke-30 yang menggenapi ke-dua-puluh-sembilan hari berpuasa. Lebaran.
Happy Eid Mubarak, world! :) *dancing*



Musim lebaran gini, banyak aktifitas je-jualan-an yang berhenti sementara, ditandai dengan muncul sindrom rindu abang-abang.

Abang bubur, abang ketoprak, abang lontong kari, abang bubur sum-sum, abang basoh, abang somey, abang batagor, kompak hilang dari peredaran.. Bang, jumpai adek.. ngihihi.

Kalau males grasakan di dapur kan simpel nya tinggal nyetop mereka. Sementara mereka hilang gini, aku kudu piye? Zzz, *emang aja males produktif di dapur kalo pagi.

Serta-merta buka kulkas, nemu bahan-bahan seadanya (sebagaimana-selayaknya) yang sering nangkring disana. Sembari mengusir rasa kangen, akhirnya mbikin light breakfast semacem ini (menu menunggu para abang kembali, hahaha) ...



SALAD

Brokoli, selada air, tomat cherry, jamur enoki, edamame. Dressing : mayones.



SALAD 


Brokoli, kol ungu, kentang rebus, semangka, strawberry. Dressing : (campuran) mayones + air jeruk nipis + gula pasir.






ENGLISH BREAKFAST

Helaian roti tawar (lalu di toast), baked beans, telur mata sapi, sosis, tomat (di toast), tomat cherry, keju cheddar.



OMELET + MAC & CHEESE

Telur (dengan isi : kornet, potongan keju cheddar, daun bawang, cabe rawit *absurd. haha)
mac & chesse.



HERBS OMELET

Telur (dengan isi : daun bayam rebus, daun bawang, tomat, cabe rawit), keju slice.



SANDWICH

Helaian roti tawar (lalu di toast), keju cheddar (slice), nugget ayam, telur mata sapi, selada air, tomat, saus botolan.
Kentang goreng.
Irisan cabe rawit, tomat, bawang merah, air jeruk lemon, garam, merica.



NASI GORENG MENTEGA

Nasi goreng (mentega, telur, potongan kecil wortel), telur mata sapi, tomat.



EMIIHH REBUS. Haha

Emi rebus pada umumnya, telur, kornet, keju, cabe rawit.




Nah kan, isi kulkas yang itu-itu ajah jadi multifungsi bangets dan saya nya juga jadi produktif (masak terus fotoh).
Ha-ha-ha.


-BON APPETTIT

Andrine :*

Sunday, July 12, 2015

Ekstansi Kontemplasi Apalah - Apalah

Membuka buku. Membalik kemudian ke halaman yang sebelumnya (secara serampangan) sudah terbaca. Ganjil.

Menyeduh teh. Membuka buku. Membalik kemudian ke halaman yang.. yang sebelumnya (secara serampangan dan tanpa niat) sudah terbaca. Kali ini secara lebih fokus. Nihil.

Menutup buku.

Nggak ada yang salah sama bukunya. Penulisnya. Penerbitnya. Isinya. Jenis hurufnya. Spasinya. Nggak ada masalah. Dua minggu kebelakang, beberapa bacaan fiksi sudah saya telan. 2 seri Sherlock Holmes (The Return Of Sherlock Holmes & The Adventure Of Sherlock Holmes) dan satu novel njelimet kepunyaan mas Eka Kurniawan (Cantik Itu Luka) yang cakep luar biasa pun, sudah. The Hound Of The Baskervilles yang lebih light ini ya kok, nggak beres-beres mbacanya. Kekeh di halaman 103.

Tarik selimut. Sok merem-merem cantik. Gagal.

Apa iya karena belom makan, ya. Biasanya kalau laper kan suka susah bobok. Tapi, kayaknya, se-sore tadi mamam-mamam wajib sambil ngemil-ngemil sunah udah kelakon.

Membuka Laptop. Mulai me-recall cerita..

Dua hari lalu, akhirnya saya mengijabah keinginan sendiri untuk kontemplasi. Kecewa dan suntuk jadi satu dengan porsi seimbang. Berpergian sendirian, (seharusnya) tanpa arah, dan (seharusnya pula) tanpa ada yang ngeh kita kemana.

Setiap orang punya cara sendiri yang sifatnya naluriah untuk membuat dirinya bahagia, ehm, minimal meminimalkan sedih. Ada yang memilih untuk belanja, curhat, mempercantik diri, makan, beribadah, kumpul-kumpul sama geng, olahraga, melancong, main wahana ekstrim sambil teriak-teriak girang (padahal di dalem hati mah berduka), menyelam, naik gunung, berkebun, main tanah, semua. Semua daya upaya bisa manusia lakukan.

Kemarinan itu, saya memilih untuk melipir sedikit ke Bogor, sendirian, untuk pertama kali. Bukan ke Bogor nya yang kali pertama, tapi, sendirian-nya. Beberapa sahabat, lingkungan afiliasi, bahkan orang tua pun nggak tau saya kemana (yang ini jangan di contoh ya, adek-adek. hihihi). Cerita awalnya sih sok-sok-an ngambek sama dunia beserta isinya selain berharap memperoleh ketenangan.

Sampai selepas subuhan : oke, abis ini mandi, berpakaian, lipgloss-an, berangkat. Kebun-Raya-Bogor, iya, kesitu.

Begitu sampai Bogor, saya menyempatkan diri untuk menilik Gramedia, memilah-milih buku untuk dibawa serta ke Kebun Raya, curiga mati gaya. Membeli cemilan serta kue-kue lucu setelah sebelumnya dua scoop eskrim cokelat habis duluan. Yah maklumi saja kalau perempuan mulai beringas makan : PMS atau Kecewa, hanya dua pilihan.




Hal yang aneh adalah ketika melakukan semua-semuanya hanya untuk diri-sendiri. Mempertanggung-jawabkan keselamatan diri sendiri. Menjawab semua (teguran, sapaan, tatapan, senyuman, modusan) dengan jawaban : iyah, sendirian.




Kenapa harus tetep “ramah” kalau pergi sendirian? Balik ke hukum aksi-reaksi sih, sebenernya. Kita sadar, kita berjalan sendirian, bukan di wilayah yang awam buat kita (meski hanya sejauh Bogor), kalau ada stimulus (yang berupa teguran, sapaan, tatapan, senyuman, modusan tadi), kita jangan merespon secara negatif dulu. Balas saja teguran tersebut dengan ramah, jujur saat itu kita memang sendirian (dan sedikit berbohong : tapi nanti mau dijemput kok, atau, ia tuh ada kakak lagi event disana) se-natural-mungkin. Pokoknya jangan biarin mas-mas (untuk perempuan yang pergi sendirian) yang mencoba mengajak ngobrol atau chit-chat basa-basi tau terlalu banyak tentang kita, apalagi, dia tau kita beneran sendiri. JANGAN SAMPAI!

Hukum aksi-reaksi : mereka menegur, kita-nya ramah, minimal orang tadi jadi lebih sopan. Inget ya, r-a-m-a-h bukan c-e-n-t-i-l apalagi n-g-a-r-e-p d-i-g-o-d-a-i-n. Nah, kalau kita udah jutek duluan, sok cantik duluan, kemungkinannya : mereka eneg (alhamdullilah) atau mereka makin beringas. Kecuali memang berhadapan dengan orang yang akan kurang ajar. Perempuan punya insting naluriah kok untuk tau mana yang mau kurang ajar atau sekedar modus-modus durjana belaka.

Rencananya sih mau mencari sunyi, duduk santai ditepian kolam dengan air mancur mini, nggak kepo-in gadget, khusuk membaca, dan minimal, minimal banget nih, ngelupain hal-hal yang bikin sedih sepanjangan malem sebelumnya.







Kenyataan nya :
Ada rombongan studi tur yang mempergunakan toa hanya untuk nyanyi-nyanyi (yang setelah saya googling) lagu Terong di Cabein. ABG-ABG berhijab yang seliweran sembari gandengan tangan dengan si-pasangan, petugas kontrol bermotor yang wira-wiri kemudian berhenti HANYA untuk bertanya : mbak sendirian ? mau ditemani ? meski itu nggak masuk di SOP mereka, mas-mas s-k-s-d yang kekeh nemenin karena kasian ngeliat saya sendirian disangka mau nyemplung ke kolam ikan, dan 2 karyawan LIPI dalam rangka DL kemudian meminta izin untuk duduk di satu bangku taman yang sama dengan saya, dengan ending : ngobrol mengenai kehidupan!

Dua jam sebelumnya, begitu tiba di Kebun Raya, saya merasa : ya-ampun-macam-apa-banget-kesini-sendirian. Sempet suudzon : nanti kalau ditatap nista sama orang-orang lain gimana, ya?. Sempet mikir : Demi Mesut Ozil, apa iya gue kudu pulang ya? ha-ha. Tapi yaudalah, mau gimana, cari bangku, madep kolam air mancur, duduk. Selesai semua perkara. 

Dari kejauhan, saya menjumpai mas-mas yang sebelas-duabelas sama saya. Sendirian. Sama-sama megang buku, sama-sama madep kolam, sama-sama ngemil. Bedanya, kalau dia capek, dia rebahan. Nah saya? Kalau rebahan disangka pingsan keracunan yang ada. Tapi hasrat buat bobo memang ngga bisa dipungkiri, secara adem, rindang, dan sempet berangin serta berkabut. Sempurna banget yah buat sekedar boci, bobok-bobok ciang.











Rombongan tembang terong-terongan tadi, beranjak pulang. Alhamdullilah. Makin sepi, meski setelahnya (seperti yang sudah saya bilang) mas-mas yang rada keukeuh untuk nemenin harusss saya hadepin dengan kekuatan bulan sampai dia menyerah dan balik kanan bubar jalan. Dengan kata-kata : saya sudah menikah! Manjur! 
#encode #ngarep nikah #bukan sama si emas-emas nya tapi. Ha-ha-ha.





Dari cerita konservasi hutan sampai biawak penghuni kolam, akhirnya saya beranjak pulang setelah berpamitan dengan 2 karyawan LIPI tadi, yang awalnya menyangka saya mahasiswi yang sedang belajar untuk ujian. Mereka juga nggak percaya kalau saya sendirian. Ya ampun, apa sebegitu nggak common-nya ya perempuan berpergian sendiri di Indonesia? padahal ini cuma sejarak sekian kilometer dari Jakarta.




Ternyata, kontemplasi bukan melulu menjadi sepi, tapi menemukan titik balik. Saya belum bisa sepenuhnya menyepi selama masih menjejaki bumi, hal paling sepi yang pernah saya alami yaa cuma di, kamar mandi. :) 


Save as : Ekstansi Kontemplasi Apalah-Apalah. Tutup laptop.

Happy New Year, July !

Wishlist. Saya bukan tipe manusia yang hobi mem-breakdown keinginan jadi daftar panjang yang harus diraih per tahun. Seperti membiarkan setiap hari di sebuah tahun menjadi tuan rumahnya sendiri. Dan saya adalah tamu pada tiap-tiap hari tersebut.

2014,
Berulang saya bilang, ini adalah tahun cepat. Hari-per-hari berlalu cepat. Dan hanya itu. Pergantian 2013 ke 2014 dulu, dilalui di kasir ala belanja gila jelang tengah malam. Keluar Mall, menuju parkiran, tetau sudah 2014. Sederhana.

Tiga pagi setelah awal tahun, saya bertambah usia. Menjadi 25 di 2014. Yang saya ingat, kado yang banyak. Apalagi ya? hmm.. banjir besar awal tahun, tumpukan koreksian UAS anak-anak, awal semester baru ...

... Dijumpai orang-orang baru, dikelilingi orang-orang lama, dihadapkan pada orang lama yang malah menjadi cerita-cerita baru. Seru. Ada Pertemuan, perpisahan, pengakuan, nggak jadi pisah, pertemuan lagi, perpisahan, pertemuan lagi, gitu weh idup saya.  Simpel nya sih itu pelajaran hidup.

Ngejalanin 2014 itu semacem lari maraton tapi nggak ngos-ngos-an. Pertanyaannya bakal balik ke diri sendiri ...
Berasa cepet karena :
A.  mengejar sesuatu sampe nggak berasa ngejar, atau
B.  lari meninggal kan sesuatu supaya nggak berasa sakit
ha-ha-ha lo kate LKS Penjaskes ada pilihan ganda gitu.

Harus banget nggak semua yang ada di 2014 diinget ? mendadak kutipan fiksi dibawah berasa menjawab serta merta mengamini

Aku mempertimbangkan bahwa otak manusia pada awalnya adalah seperti loteng kecil yang kosong, dan Anda mengisinya dengan berbagai furnitur yang Anda pilih. Orang bodoh memasukkan semua jenis kayu yang ia temukan kedalam loteng, sehingga pengetahuan yang mungkin berguna baginya menjadi kacau. Sementara, seorang pekerja terampil akan sangat berhati-hati mengenai apa yang harus ia masukkan ke dalam loteng otaknya. Ia hanya memasukkan alat-alat serta furnitur yang dirasa membantunya dalam mengerjakan pekerjaannya dengan urutan yang pas. Ingat, loteng tersebut tidak memiliki dinding elastis yang bisa menggelembung. Ketika datang perabot yang baru, mau tidak mau, Anda harus mengeluarkan perabot yang tidak penting. (Sherlock Holmes – A Study in Scarlet)

Terdengar picky, yah ? alaah itu kan cuma cuplikan obrolan Holmes dengan karib-nya dr. Watson di novel. Rada nanceup sih, meski fiktif. Toh, masing-masing manusia punya hak sebebas-bebasnya untuk “memasuk-kan” atau “mengeluar-kan” “perabot” ke dalam memori nya. 

Bicara memori, ada satu hal sih yang saya bold pake stabilo pink di tahun 2014 kemarin :
dua hal yang nggak akan pernah bisa dipaksain. Yang pertama, selera. Dan yang kedua, perasaan. Ehm, ade ape sama perasaan ? *ehh

Bicara 2015, saya menjumpai Januari tertanggal 3 di Jogja. Mini trip sederhana, sesederhana saya memaknai pergantian umur ke-26. Semakin dewasa, setelah ber-kontemplasi, semacem ada yang berubah dalam diri saya: semakin nggak ngoyo dan nggak muluk-muluk. Alhamdullilah, ada hal positif yang nambah di usia yang bertambah. Saya juga semakin belajar untuk sangat-mudah-memaafkan, dan mudah-berkata-maaf bahkan untuk perkara yang bagi orang lain sepele.

Sekarang sudah Juli. Sudah lebih dari setengah perjalanan di tahun 2015. Persamaannya dengan tahun lalu : sama-sama-nggak-kerasa. Dan saat ini, saya hanya ingin menjadi tuan rumah di rumah sendiri, di hari-hari 2015 ini.