Tuesday, February 26, 2013

Review Kuliner Bandung : Humming Bird Eatery


Konsep resto ini terbilang homey. Kalau mau mamam cantik di outdoor, kita bisa bersarang di “bird nest” lho. Menunya buanyaaak banget, dari soup, salad, grazing (food for share), sweet crepes, savoury crepes, asian mains, western mains, pasta dish, dan bagi pencinta sarapan, ragam menu the early riser, boleh di coba. Jauh dari haus, sajian teh, kopi, dan minuman seru ala Hummingbird’s bener-bener bikin betah. 


Kemarin itu, orderan menuju pada crepes dan salmon. Biar (agak) sehat, jus buah-buahan melengkapi, hihi. Mudah-mudahan komentarnya tetep objektif ya, karena 2 jam sebelum kesini, nasi Tulang Jambal jalan Riau sudah masuk perut duluan :D .

Savoury Crepe Rufous
Gegara ngidam crepes cakalang depan LIA Bekasi (yang ‘nggak tau masih ada apa enggak), begitu mas-mas pelayan kasih menu yang jumlahnya se-alaihum gambreng, mata ini langsung mendeteksi keberadaan crepes – crepes calon target. Pingin yang asin, pedes (harus nambahin sambal botolan, deng) dan nggak pake filling ayam, jatuhlah pilihan pada Savoury Crepe Rufous. Seperti kebanyakan yang asin, crepes ini nggak dibuat kering, berisi ham, sejumput salad, saus mayo, juga telur mata sapi kalau saya verbalkan.
Enak. Enak. Enak.


Savoury Crepe Rufous

Charbroiled Salmon
Presentasi makanannya seru. Salmon nya enak, serta masih juicy. Mashed potatonya dikasih irisan ham sapi, juga nggak benyek, perfecto

Charbroiled Salmon

Avocadorama
Jus buah alpukat, ice cream vanilla, potongan dark chocolate dalam satu gelas besar. Siapa yang nolak, khann ?

Green Manggo Juce
Siap-siap merem melek pada tegukkan pertama. Penasaran ?

Avocadorama & Green Manggo Juce



Savoury Crepe Rufous   IDR 38.000
Charbroiled Salmon      IDR 70.000
Avocadorama               IDR 30.000
Green Manggo Juice      IDR 20.000
Service                        5 %
PB1                             10 %


Jl. Progo No. 14 Bandung 40115
Phone : 022 – 4212582 / 4212574, Fax : 022 – 4235843


Tuesday, February 19, 2013

ke-13

Ya. Semua sudah siap. Kue-kue cemilan pun coklat-coklat lucu. Kotak isi roti dan air mineral botol juga sudah on-list. Bahkan sedotan plastik yang hanya butuh dua biji, saya siapkan satu pack. Mungkin, saya sudah mengidap penyakit “terlalu detil” ini sejak usia kandungan.

Bukan, ini bukan piknik. Sebuah sidang seminar proposal (calon) tesis. Perempuan (terkadang) memang begitu, ngurusin nya sampe ke hal-hal yang (terkadang) nggak masuk di pikiran laki-laki. Kan bisa ya, beli air kemasan botolannya di kantin kampus biar nggak berat-beratin apalagi di gratisin sedotan, atau isi bensin nya besok pagi-pagi pas mau berangkat, toh masih sisa satu strip lewat. Tapi ya gitu, memang gen atau penyakit bawaan barangkali, hal yang spektakulernya (sidang nya itu sendiri) malah di nomer sekiankan, kalah dengan coklat-coklat lucu itu.

Ditengah kelakar saya dan teman dekat pria yang juga menemani saya sampei tetes darah penghabisan :
“kemarin anak bimbingan bu dosen A yang sudah maju kan ada 5 orang, setelahnya lagi dosen B itu 1 orang sama kayak aku, habis itu ada lagi 2 orang yang maju, trus yang terakhir kemarin ada 4 orang..”
“berarti besok kamu nih urutan ke-13 dong ?”
“hahahahaha.. hahahahha..” saya mencoba tertawa se-natural mungkin, jemari saya menekuk-nekuk tanda menjumlah angka yang saya ucapkan barusan secara diam-diam.

Hari gini percaya angka. Kalau percaya, pasti saya sudah kaya raya karena menang togel. Membatin miris, sadar memang urutan saya di 13.

Sekarang hari senin, hari sibuk, hari macet. Hari dimana status BBM orang-orang terlihat lebih sensi(tif). Buat saya, ini hari seminar, hanya itu. Status BBM pun jadi lebih religius dari biasanya : Bismillahirohmanirohim. 
Walau di jadwalkan jam 10 pagi, saya kekeh minta di jemput jam 6 pagi. Oh ya, teman dekat pria saya itu sengaja mengajukan cuti di senin ini, dan menemani saya. Jam setengah 7 kurang 5 menit, dia datang. Barang-barang keperluan seperti :
Tas A, berisi : speaker laptop, piring untuk wadah cemilan, cemilan untuk teman-teman dan dosen.
Tas B, berisi : laptop, charger laptop, buku-buku, dan bahan seminar.
Tas C (day pack pada umumnya), berisi : perlengkapan pribadi saya.
Kantong D, berisi : kotak roti dan air mineral botol kemasan jumlah 4 (juga satu pak sedotan).
Satu helai kemeja, satu helai rok, sepatu (yang biasa dipakai untuk) ngantor, dan celana jeans yang sengaja nggak saya masuk kan ke tas atau kantong.

... pukul 7 kurang lima belas, setelah keluar perumahan, teman dekat pria saya yang entah dapet wangsit pagi dari mana, memilih rute memutar sebelum masuk tol. Oke, nggak masalah, selama nggak ada antrian kendaraan yang heboh. 

... pukul 7 lebih sedikit, kami terjebak macet dan nggak mungkin untuk puter balik mencari rute lainnya. Mirisnya, lokasi macet itu hanya berjarak 15 menit dari rumah.

... pukul 7 lebih 30, teriakan saya sampai terdengar pengendara motor yang kebetulan berhenti disamping saya. Stres, panik, dan setengah gila.
(Note : jarak Bekasi – Salemba sekitar 120 menit dengan macet)

... pukul 7 lebih 45, saya mematikan radio dengan alasan ... “berisik kali ini penyiar, saya kan nyetel untuk dengerin musik, bukan buat dengerin omongan penyiar yang terkesan curhat. Helooooh, gue juga punya masalah, elo malah curhat.”

... pukul 8 lewat sedikit, kendaraan baru jalan sejarak 300 meter dari tempat macet pertama tadi, dan lucunya belum masuk pintu tol yang jaraknya masih 1 kilo ke depan”

... pukul 8 lewat 15, saya melihat rentetan ruko di kanan jalan. Memaksa untuk atur lampu sen ke-kanan, masuk ke komplek ruko tersebut, serta merta parkir. 

... pukul 8 lewat 20, teman dekat pria saya berlari mencari pangkalan ojek, karena jalur kemacetan ini udah nggak karuan bentuknya. Becek bekas hujan semalam pun dilawan. 

... pukul 8 lewat 25, kabarnya saya harus ke pangkalan ojek juga, karena motor pun memerlukan waktu lama untuk menuju tempat bermukim sementara saya ini. Perlengkapan tempur pun dibawa, benar-benar seperti mudik. 

... pukul 8 lewat 30, saya yang hanya dengan celana pendek juga jaket, serta teman dekat pria saya yang berkemeja rapih, jeans rapih, sepatu kinclong namun rambut belum ber-gel nekat lari ke pangkalan ojek melalui sisi jalan yang becek dan berlumpur, serta merta naik dengan segera ke-pelana motor kemudian tancap gas ke stasiun kereta api.

... pukul 9 kurang 5 menit, tiba di stasiun kereta api, order tiket dan untungnya kereta yang dimaksud datang 5 menit lagi. 

... pukul 9 lebih 10 menit, kereta meninggalkan stasiun Bekasi menuju stasiun Cikini. 

... pukul 9 lebih 40 menit, kereta tiba di stasiun Cikini. Udah nggak peduli (badan) bau asep atau asem (haha), saya dan teman dekat pria saya terus dan terus berlari menuju mamang bajaj yang hari itu penampakannya macam Rio Dewanto dengan Benz Oranye. 

... pukul 9 lebih 50 menit, Bajaj berhenti di depan kampus UI Salemba. Kami bagi tugas. Saya ke toilet mesjid untuk ganti baju dan celana, teman dekat pria saya menuju lantai 6 untuk atur-atur laptop. 

... pukul 10 teng, saya naik ke lantai 6 langsung menuju ruangan untuk seminar serta mendapati teman dekat pria saya santai menyetel lagu Glenn Fredly (bocah itu memang penggila Om Glenn). “Dosen nya belum dateng" lanjutnya sumringah.

Tenangggg sekali hati ini, setenang mendengar ceramah Mamah Dedeh.

Kemudian ....
Lucu sekali ini. Saya berkuliah di jurusan Ilmu Komunikasi. Tapi kami-kami ini malah sering miss(ed) komunikasi. Kabar yang saya dengar setelah hati lumayan adem : mbak andrin, seminarnya hari ini ? sudah lapor kemarin ?
Ya Allah, cobaan apa lagi ini ? se-durjana itu kah hamba-Mu, hingga Engkau menimpakan cobaan yang bertubi-tubi di hari ini ? hihihihihi
Tetek bengek itu terselesaikan, dan saya pun menjalankan seminar dengan hati ikhlas se ikhlas-ikhlas nya.  

Saatnya pulang ....
Dengan bawaan seperti orang mudik, saya dan teman dekat pria saya (entah dengan alasan apa siang itu) menuju tempat kendaraan kami di parkir dengan menggunakan ojek. Bukan dua, tapi satu. Satu ojek untuk kami bertiga atas rekomendasi si mamang. Tentunya saya duduk paling belakang, teman dekat pria saya di tengah, dan si abang yang tugasnya nyetir di depan. Si abang yang di depan berbadan gempal, rambut gondrong, memakai kacamata bulet-bulet yang bikin cute, walaupun wajahnya sangar bukan main. 

Yatapii sodara-sodari, hati si mamang sangar ini lembut banget. Ngalahin kecintaan saya sama Taylor Lautner jadinya. Kalau ada hari ayah sedunia, saya mau spent waktu seharian sama si mamang ini deh *ngelantur*. 

Setibanya kami, saya dan teman dekat pria saya mengingat apa-apa saja yang sudah kita alami setengah hari tadi. Sembari mengarahkan kemudi menuju tempat makan ayam berlogo M sebelum pintu tol (yang menjadi sumber masalah tadi pagi), kami belajar banyak siang itu, bahwa :

Setiap yang rinci memang baik, tapi jangan lupakan hal besar yang membentuk rincian itu
2   Sebaik-baiknya rencana manusia, tetap Tuhan pengatur yang paling baik

     Yang sejatilah yang selalu ada di saat kamu (bahkan) tidak memintanya untuk datang

Angka 13 bukan angka sial, tapi angka cobaan. Beruntung jika Tuhan masih inget buat “mencoba” kita semata-mata agar naik kelas. Kalau masih kekeh bahwa angka 13 adalah angka sial, dimana letak sial nya ketika : Proposal tesis saya diterima dengan baik ? :)
5